29 Mei 2008

Indahnya Bersyukur a la Si Kecil

Putri kami tidak terlalu sering diajak jalan-jalan, karena suami bekerja di Jakarta, sedangkan saya di Bandung. Tidak heran putri saya suka melihat dengan tatapan ‘tergiur’ melihat begitu seringnya tetangga kami membawa putra mereka berjalan-jalan naik mobil atau motor mereka. Putri saya kelihatan sangat ingin ikut tetangga, tapi tidak berani pergi tanpa saya. Dia memang masih berusia 3 tahun. Kadang dia merengek minta ikut pergi dengan tetangga kami—Om Ale, Tante Nina dan Revi alias Pipi—meski di perjalanan seringkali terlihat ‘tegang’ dan membuat tetangga saya cepat-cepat pulang. Suatu sore, putri saya merengek ingin ikut Pipi jalan-jalan sore bersama orang tuanya. Saya ijinkan karena dia memaksa. Hampir 1 jam kemudian mereka datang. Sani—putri saya seperti biasa ‘tegang’ di perjalanan. Begitu kata tetangga saya.
Ketika Sani turun dari mobil, Nina—tetangga saya mengajak ngobrol anak saya.
“Sani, seneng ya jalan-jalan sama Tante Nina, sama Om Ale, sama Pipi sore-sore! Asyik kan? Nanti mau lagi kan diajak jalan-jalan?”
“Nggak! Mau sama ibu sama Mpap aja! Naik vespa!”
Saya dan tetangga saya tertawa.
“Idiiiiih, punya vespa aja sombong! Enakkan naik mobil Pipi dong!” Canda tetangga saya.
“Nggak, enak naik vespa, sama ibu sama Mpap!” jawab anak saya.
Kami tertawa lagi mendengar jawaban putri saya.Diam-diam saya merasa terharu, bangga sekaligus senang mendengar jawaban polos putri saya. Ah, betapa dia telah mengajari kami untuk bersyukur dengan keadaan kami, meski belum mampu punya mobil, dia sangat senang dengan keadaan kami yang sederhana.

Tidak ada komentar: