17 Juni 2008

TTS dan Syanita

Ayah saya sengaja membeli koran eceran setiap hari untuk mendapatkan Teka Teki Silang (TTS). “Biar otak nggak pelupa, diasah terus ngisi TTS,” kata aki-nya Syanita itu.

Itu sebabnya setiap hari ayah saya terlihat berpikir keras menyelesaikan TTS-nya. Syanita ternyata memerhatikan kebiasaan baru kakeknya, kemudian bertanya,
“Aki lagi apa?”
“Ngisi TTS” jawab ayah saya santai
Syanita kemudian memerhatian TTS, lalu menunjuk sesuatu sambil berteriak. “Ini kok masih kosong, nggak ada isinya!”
“Iya, aki nggak tahu jawabannya.”
“Kenapa nggak tahu?”
“Aki lupa”
“Kenapa lupa?”
Ayah saya tertawa, “Nanti aki lagi mikir dulu!”

Besoknya, pagi-pagi ketika aki sedang membaca koran, Syanita lalu mendekati.
“Ki, coba aku lihat TTS-nya.”
Aki menyodorkan koran. Syanita lalu mencari halaman TTS. “Kok, ini masih kosong, koo masih kosong!”
“Aki nggak tahu jawabannya!”

Ayah saya tertawa malu, lalu melihat ke arah saya. “Wah, jadi harus bener-bener ngisi TTS-nya. Aki malu sama Syanita!”
“Aki, kok nggak bisa? Diisi atuh,” anak saya berkata lantang.

Karena Syanita, ayah saya jadi sangat tekun mengisi TTS, kalau ada yang masih kosong, bertanya kepada saya. Pokoknya ayah saya selalu berusaha mencari tahu jawaban pertanyaan TTS yang unik. Kadang, kalau ada telpon, aki memanfaatkannya untuk bertanya jawaban TTS. Saya sering tertawa kalau melihat ayah sibuk bertanya kesana-kemari. “Daripada diomelin Syanita, nggak penuh ngisi TTS-nya.” Kata ayah saya.
Diam-diam saya juga jadi terpacu untuk berpikir demi membantu ayah saya menyelesaikan TTS-nya, daripada diomelin anak saya. Diam-diam Syanita sudah membuat kami mau terus berusaha, tidak menyerah pada keadaan!

Tidak ada komentar: